Situs Gunung Kemungkinan untuk Pemujaan Arwah Leluhur
Menurut arkeolog Jawa Barat tersebut, situs Gunung Padang dijelaskan sebagai salah satu produk budaya yang dibuat atau dibangun oleh manusia pada masa lalu.
Seperti halnya artefak yang merupakan refleksi dari tingkah laku manusia dalam kaitannya antara manusia dengan aspek lingkungan pada masa lalu.
Bila hal itu dikaitkan dengan pola hidup masyarakat prasejarah yang hidup pada masa bercocok tanam yang telah mengembangkan budaya pengagungan arwah leluhur, terbuka kemungkinan fungsi situs Gunung Padang tersebut sebagai tempat pemujaan arwah leluhur.
"Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, temuan arkeologis di sekitar batu datar (di Gunung Padang) tersebut juga hanya berupa fragmen tembikar polos dalam jumlah yang terbatas yang besar kemungkinan merupakan bagian dari wadah yang digunakan pada saat pelaksanaan ritual," tutur Dr Yondri.
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Membacakan dongeng pada anak tak hanya bisa meningkatkan bonding antara orangtua dan anak, tetapi juga menjadi kegiatan seru yang memiliki banyak manfaat untuk si Kecil.
Dongeng sendiri terdiri dari berbagai pilihan, seperti dongeng nusantara, dongeng fabel, hingga dongeng kerjaaan. Salah satu dongeng yang bisa Mama dan Papa bacakan pada si Kecil adalah dongeng tentang seekor Putri Duyung.
Sebagai informasi, dongeng berjudul The Little Mermaid atau Putri Duyung ini pertama kali ditulis oleh Hans Christian Andersen tahun 1837. Semakin populer, cerita dongeng putri duyung ini pun diangkat menjadi sebuah film layar lebar di tahun 1989.
Nah, bagi Mama yang ingin membacakan dongeng ini kepada si Kecil, berikut Popmama.com rangkumkan dongeng anak: Putri Duyung dalam artikel di bawah ini.
PEMBATALAN pemuatan makalah tentang Gunung Padang di sebuah jurnal arkeologi bergengsi dunia menambah panjang daftar kontroversi seputar situs prasejarah di Cianjur, Jawa Barat, itu. Perlu kolaborasi peneliti internasional untuk menyingkap misteri di balik kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Makalah berjudul “Geo-archaeological prospecting of Gunung Padang buried prehistoric pyramid in West Java, Indonesia” yang ditulis Danny Hilman Natawidjaja dan kawan-kawan semula tayang di jurnal Archaeological Prospection pada 20 Oktober 2023. Namun, pada 1 Desember 2023, John Wiley & Sons Inc, penerbit jurnal, mencabut artikel tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kita boleh saja menilai pengelola jurnal Archaeological Prospection teledor karena pemuatan artikel Danny dkk seharusnya sudah melalui review ketat. Karya Danny dkk pun bukan plagiat atau hasil mencuri data. Penelitian mereka orisinal. Tapi pengasuh jurnal biasanya berusaha menjaga agar muruah sains tak berbaur dengan fantasi.
Danny dkk menyimpulkan bahwa situs megalitik Gunung Padang adalah sebuah piramida yang lebih tua daripada Piramida Giza di Mesir. Piramida Gunung Padang, menurut mereka, berusia sekitar 20 ribu tahun. Sementara itu, piramida Mesir diperkirakan berusia sekitar 4.000 tahun.
Kesimpulan Danny dan kawan-kawan berpijak pada hasil pemindaian geolistrik, georadar, dan pengeboran geologi. Mereka mengklaim adanya struktur buatan manusia dalam tubuh bukit Gunung Padang, berupa rongga-rongga besar dengan atap, dinding, dan ruang.
Kolega Danny, arkeolog Ali Akbar, dalam bukunya, Situs Gunung Padang, menceritakan peristiwa ganjil sewaktu pengeboran di Gunung Padang oleh Andang Bachtiar, rekan Danny yang lain, pada Agustus 2013. Kala itu sebanyak 32 ribu liter air yang digunakan dalam pengeboran tiba-tiba tersedot ke dalam rongga berkedalaman 8 meter. Hal itu, menurut Ali, mengindikasikan adanya ruang kosong di dalam Gunung Padang.
Meskipun penelitian Danny dkk didukung oleh teknologi maju, penting untuk diingat bahwa interpretasi data oleh ilmuwan mana pun bisa saja keliru. Kesimpulan adanya sebuah ruang buatan manusia dalam perut Gunung Padang belum teruji. Apalagi, sejauh ini, belum ditemukan bukti artefak dari dalam Gunung Padang.
Sejumlah vulkanolog malah menyimpulkan Gunung Padang merupakan sumbat atau kubah lava termuda yang terbentuk di kawah gunung api purba selama ribuan tahun. Mereka juga berpendapat bahwa rongga di dalam bekas gunung api purba adalah sesuatu yang alami.
Harry Truman Simanjuntak, seorang arkeolog prasejarah, juga menolak gagasan adanya ruang buatan manusia di perut Gunung Padang. Ia berargumen, leluhur Nusantara tidak mengenal bangunan ruang bawah tanah untuk kehidupan sehari-hari ataupun untuk ritual sakral. Mereka lebih sering memanfaatkan gua-gua alam ketika membutuhkan ruang tertutup.
Apa pun teorinya, kontroversi seputar Gunung Padang kini telah mendunia. Lembaga seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional semestinya mengundang peneliti luar yang membantah pandangan Danny Hilman dkk, lalu mengajak mereka berkolaborasi dengan para saintis Indonesia. Dengan cara itu, upaya pencarian kebenaran mengenai Gunung Padang akan lebih produktif.
Gunung Padang belum lama ini kembali ramai dibahas setelah masuk dalam salah satu episode di film dokumenter dalam Netflix. Banyak yang mengaitkan situs Gunung Padang dengan struktur piramida yang ditemukan di negara lain.
Terkait hal ini, Arkeolog Jawa Barat, Dr. Lutfi Yondri, meluruskan bahwa situs Gunung Padang bukanlah situs piramida.
"Perlu diluruskan, Gunung Padang itu bukan piramida. Situs Gunung Padang itu punden berundak. Penanggalan karbonnya antara 117 SM-45 SM," ucapnya kepada detikEdu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Punden berundak adalah struktur berbentuk persegi empat dan tersusun bertingkat-tingkat. Pendeskripsian situs Gunung Padang diawali dari bagian paling rendah dan kemudian berlanjut ke bagian yang paling tinggi.
Cobaan Putri Duyung menemui pemudanya
Setelah dirinya tersadarkan, Ariel kemudian dipertemukan dengan pemuda yang selama ini begitu dirindukannya. Tanpa ia ketahui, rupanya benar saja bahwa pemuda itu adalah seorang raja yang tinggal di sebuah istana megah.
"Kau baik-baik saja?" tanya pangeran menolong Ariel.
Ariel pun mulai ditolong oleh pangeran dan diajak berkunjung ke istana. Sebelumnya, pangeran juga menceritakan bagaimana kejadian-kejadian yang menimpanya, termasuk kejadian yang menyelamatkannya dari badai laut beberapa tahun lalu.
Hubungan keduanya semakin dekat satu sama lain. Putri Duyung yang kini sudah memiliki kaki itu berpikir bahwa dirinya memiliki harapan untuk bisa menikahi pujaan hatinya.
Namun suatu ketika, raja atau ayah dari pangeran meminta putranya itu untuk memilih calon pasangan hidupnya yang merupakan putri dari kerajaan lain. Mengetahui hal itu, hati keduanya pun hancur karena mengetahui bahwa mereka tidak bisa bersama.
Tanpa diketahui Ariel, rupanya suara merdu miliknya yang ditukar dengan kaki itu sudah dipindahkan penyihir laut ke perempuan yang dijodohkan dengan pangeran. Mendengar lantunan indah seorang putri, pangeran dibuat terkesima dan setuju akan perjodohan tersebut.
Dengan hati yang hancur, Ariel kembali ke laut dan memberi tahu kakak-kakaknya. Kemudian, kakak dari Putri Duyung memberitahu sang raja. Namun sayangnya, Putri Duyung keburu disekap oleh penyihir laut yang sangat menginginkan tongkat sakti raja laut.
"Akan ku berikan tongkat ini, asalkan kau lepaskan putriku!" ujar raja laut.
Putri Duyung pun selamat, dan penyihir berubah menjadi monster yang datang ke pernikahan pangeran dengan berbuat kekacauan. Mengetahui hal itu, Ariel kembali ke kerajaan pangeran untuk menyelamatkan pangeran dari ancaman monster tersebut.
Namun sayangnya, Ariel justru terperangkap tentakel milik monster. Pergi tanpa tangan kosong, rupanya Ariel sempat membawa sebuah pisau dan menusukkan benda tajam itu ke bagian dada monster.
Melihat Putri Duyung terperangkap, pangeran juga berusaha menolong dengan menembakkan anak panah ke arah monster. Panahan tersebut tepat sasaran dan membuat monster itu kembali berubah menjadi penyihir yang terkalahkan.
Kekalahan penyihir laut membawa suara merdu Putri Duyung kembali kepada pemilik aslinya. Mengetahui itu, Ariel pun senang dan mulai bernyanyi kembali.
"Ah, aku sangat merindukan suaraku ini!" ujar Ariel setelah menyanyikan sebuah lagu.
Mendengar lantunan lagu yang dibawakan Ariel, sang pangeran dibuat teringat akan sesuatu. Ia kembali mengenang suara perempuan yang sempat menolongnya saat tragedi kapal karam beberapa tahun lalu.
Namun di sisi lain, putri yang akan dijodohkan pangeran tak terima dan berusaha menyerang Ariel. Riba-tiba ayah dari Ariel yakni raja laut kembali mendapatkan tongkatnya dan membantu melawan putrinya.
"Sekarang aku tahu bahwa kamu yang sudah menyelamatkanku saat kapalku karam dulu. Maukah kamu menikah denganku?" tanya pangeran yang langsung dijawab 'iya' oleh Ariel.
Keduanya pun hidup bahagia sebagai sepasang suami istri di kerajaan milik pangeran.
Berikut tadi cerita dongeng putri duyung yang Mama bisa bacakan kepada anak.
Cerita Putri Duyung dan keluarganya
Diceritakan di dasar laut yang sangat luas dan dalam, terdapat sebuah istana besar yang berisikan seorang raja laut dengan ibu dan keenam anaknya. Kerajaan di bawah laut sana terbilang sangat indah karena terbuat dari dari batu koral biru, yang dilengkapi atap cangkang yang bisa dibuka dan ditutup.
Dari keenam orang anak raja, empat di antaranya adalah perempuan, dan dua lainnya laki-laki. Putri kecil raja bernama Ariel. Ia dikenal sebagai anak paling aktif di antara kelima kakaknya.
Ia menghabiskan waktu kecilnya untuk bermain di dekat kapal-kapal karam yang terjatuh ke dasar laut. Tak sendirian, Ariel selalu ditemani oleh seekor ikan yang senantiasa mendampinginya.
Selama menghabiskan waktunya di kapal-kapal karam yang ada di sekitar kerajaan, Ariel sangat sering bernyanyi sembari mencari harta karun yang ia temukan di sekitar kapal. Semua penghuni di dasar laut pun tahu, Ariel memiliki suara yang paling indah selauatan.
Di usianya yang mulai beranjak remaja, Ariel pun mulai meminta izin kepada raja untuk bisa berenang menuju permukaan. Sebelumnya, raja memberikan aturan kepada keenam anaknya untuk tidak berenang ke permukaan sebelum mereka genap berusia 15 tahun.
Di hari ulang tahunnya, Ariel pun meminta izin kepada sang ayah bahwa dia ingin melihat dasar laut dengan mata kepalanya sendiri.
"Ayah, sekarang usiaku sudah genap 15 tahun. Apakah aku diperkenankan untuk berenang ke permukaan seperti kakak-kakak lainnya?" tanya Putri Duyung itu kepada ayahnya.
Sebagai anak bungsu, raja sempat ragu dan khawatir akan keselamatan putrinya, namun ia tetap menyetujui karena hal ini sudah menjadi aturan yang ia buat kepada keenam anaknya.
"Kau boleh pergi ke permukaan, Ariel. Namun kau harus tetap berhati-hati dan segera kembali ke istana," ujar raja laut yang langsung dihadiahi pelukan hangat oleh putrinya.
Ditemukan oleh Peneliti Belanda
Dalam bukunya yang berjudul "Situs Gunung Padang: Kebudayaan, Manusia, dan Lingkungan", Dr Yondri mengatakan bahwa situs Gunung Padang termasuk kelompok situs prasejarah yang ditemukan kembali.
Dr Yondri menyebutkan, catatan tentang bentuk Gunung Padang telah dilakukan oleh Verbeek pada tahun 1891 dan Krom pada tahun 1914.
Meski terpisah waktu sekitar 23 tahun, tapi tidak banyak perbedaan catatan tentang bentuk situs Gunung Padang. Keduanya mencatat bahwa situs Gunung Padang merupakan tinggalan punden berundak yang terdiri dari empat teras.
"Pendeskripsian tentang bentuk situs Gunung Padang kemudian diteliti kembali dan menghasilkan laporan pada tahun 1984, 1985, 1986, 2012, 2014, baik yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, maupun oleh Balai Arkeologi Bandung tahun 1996/1997, 2002, 2003, 2014, dan 2015," tulis Dr Yondri.
Analisis bentuk situs Gunung Padang dilakukan berdasarkan hasil kajian kepustakaan, rekaman situs menggunakan 3D laser Scanning (fotogrametri), dan penggambaran struktur situs melalui pemetaan menggunakan pesawat Theodolit, dan hasil penggambaran situs secara manual.
Perekaman tentang bentuk situs megalitik Gunung Padang berdasarkan hasil penelusuran sumber kepustakaan sudah dimulai sejak era pemerintahan kolonial Belanda.
"Berdasarkan hasil pengamatan terhadap material yang digunakan, secara umum situs Gunung Padang terbuat dari susunan bongkahan batu andesit berbentuk balok prismatik atau sering juga disebut dengan istilah batu kolom (columnar stones)," jelas arkeolog lulusan S3 Universitas Padjadjaran tersebut.
Berdasarkan keletakan bagian-bagian dari strukturnya, bagian pertama yang terletak paling rendah adalah struktur yang disebut sebagai sumur.
Struktur sumur merupakan bentuk susunan bongkahan batu kolom andesit yang dibuat melingkungi sumber air (mata air).
Bagian kedua dari struktur situs Gunung Padang disebut tangga utama. Tangga utama adalah bagian yang menghubungkan antara sumur dengan teras pertama atau teras I.
Bagian ketiga disebut teras. Situs Gunung Padang terdiri dari lima teras, terletak dengan orientasi utara-selatan. Kelima teras situs Gunung Padang tersebut terletak bertingkat-tingkat.
Gunung Padang 'berpotensi menjadi piramida tertua di dunia' - Bagaimana bentuk dan fungsinya?
Sumber gambar, Fairfax/Getty
Peneliti Danny Hilman Natawidjaja menyebut hasil penelitian terbarunya soal Gunung Padang bakal mengubah sejarah bahwa peradaban di Indonesia sudah berkembang sebelum abad ke-4 Masehi. Sebab, menurut hasil penelitian Danny, Gunung Padang berpotensi menjadi piramida tertua di dunia.
Itu mengapa dia berharap dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap rahasia tersembunyi sekaligus peradaban kuno di situs misterius tersebut.
Akan tetapi, arkeolog dari Jawa Barat, Dr Lutfi Yondri, menyebut kesimpulan itu mengada-ada karena hasil verifikasinya dan kajian literatur yang ada menyebutkan piramida tidak ada dalam lintasan budaya di Indonesia.
Cerita Dongeng Putri Duyung dan Kutukan Sihir Jahat
Putri Duyung menolong seorang pemuda
Setelah membawanya ke tepi pantai, Ariel nampak kebingungan karena pemuda itu tak kunjung sadarkan diri dan membuka matang.
Sembari merenung di atas karang, ia bertanya dalam hati, "Apakah dia sudah mati?"
Beberapa saat kemudian, Ariel pun menyanyikan sebuah lagu sedih yang tanpa sadar membuat pemuda itu mulai bergerak dan membuka matanya. Putri Duyung pun menghentikan lantunan lagunya dan mendekat ke arah pemuda itu.
"Oh akhirnya kau sadar! Apa kau baik-baik saja?" tanya Ariel sembari menyentuh dahi pemuda di hadapannya itu.
Belum sempat dijawab pertanyaannya, Ariel mulai mendengar suara beberapa perempuan di sekitar pantai. Ia pun langsung cepat-cepat kembali menyelam agar identitasnya sebagai seekor putri duyung tak terbongkar oleh manusia.
Sejak saat itu, Putri Duyung pun tak pernah bertemu dengan pemuda yang bahkan belum sempat ia tanya siapa namanya. Ia kembali ke istana dengan raut wajah muram.
Sampai bertahun-tahun berlalu, Ariel kembali mengingat sosok pemuda yang sudah ditolongnya di permukaan laut. Ia kemudian bercerita kepada sang nenek dan mengaku sangat ingin bertemu dengan pemuda itu.
"Cucu kecilku, kamu tentu tahu bahwa kita ini tidak mungkin berjalan dengan dua kaki seperti manusia. Satu-satunya yang bisa melakukan hanyalah penyihir laut, namun itu semua terlalu berbahaya untukmu," kata sang nenek kepada Ariel.
Seperti apa penelitian Gunung Padang?
Temuan terbaru dari penelitian yang dilakukan Danny Hilman Natawidjaja dan sejumlah ahli sebetulnya menguatkan kesimpulannya yang terdahulu bahwa Gunung Padang yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berpotensi menjadi piramida tertua di dunia.
Bahkan situs tersebut kemungkinan berusia 10.000 tahun lebih tua dari Piramida Giza di Mesir dan Stonehenge yang terkenal di Inggris.
Dalam jurnal ilmiah Archaeological Prospection yang baru-baru ini terbit, tertulis bahwa dia beserta tim sudah melakukan survei terpadu di Gunung Padang selama tiga tahun, sejak November 2011 hingga Oktober 2014.
Survei-survei itu di antaranya dengan melakukan pemetaan lanskap dan permukaan situs, pengeboran inti, pembuatan parit, dan teknik geofisika terpadu yang melibatkan metode Tomografi Resistivitas Listrik (ERT) dua dimensi serta tiga dimensi, juga Radar Tembus Tanah (GPR).
Kemudian operasi penggalian dimulai pada pertengahan tahun 2012 dengan sebagian besar pekerjaan dilakukan pada Agustus hingga September 2014.
Sumber gambar, Fairfax/Getty Images
Untuk 'parit' yang digali, ukurannya bervariasi antara 1,2 meter sampai 3,9 meter dari permukaan dan kedalamannya mencapai antara 2 dan 4 meter.
"Penggalian parit dilakukan secara manual dengan menggunakan berbagai alat, antara lain sekop dan cangkul," tulis Danny Hilman.
Sementara kegiatan pengeboran inti situs dilakukan untuk mengeksplorasi lapisan batuan yang lebih dalam.
"Untuk aktivitas ini kami menggunakan peralatan pengeboran Jacro 100 yang dilengkapi dengan mata bor berlian NQ berukuran diameter 2 inci dan inti barel 5 kaki."
Batuan dari inti situs tersebut, sambungnya, diteliti dengan analisis petrologi dan petrografi agar diketahui komposisi dan karakteristiknya.
Adapun sampel tanah organik diekstraksi secara hati-hati yang kemudian digunakan untuk analisis penanggalan karbon.
"Intinya ingin menentukan umur Gunung Padang, karena tanah itu mengandung unsur organik yang bisa ditentukan unsur karbonnya yang berasosiasi dengan umur bangunan," ujar Danny Hilman kepada BBC News Indonesia, Rabu (08/11).
Temuan yang mengada-ada?
Arkeolog dari Jawa Barat Dr Lutfi Yondri tak sependapat dengan hasil penelitian Danny Hilman.
Beberapa literatur menunjukkan Gunung Padang yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sebetulnya sudah diteliti dan ada dalam catatan yang dibuat oleh Verbeek pada tahun 1981 dan Krom pada 1914.
Deskripsi awal dari dua catatan itu menggambarkan Gunung Padang sebagai kuburan kuno di atas gundukan tanah.
Tetapi jejak kuburan itu tak ditemukan ketika dirinya melakukan penelitian yang dimuat dalam disertasi tahun 2016 silam.
Sumber gambar, Fairfax/Getty Images
Yondri menilai temuan bahwa Gunung Padang adalah piramida yang terkubur mengada-ada atau kesimpulan yang menduga-duga tanpa data yang sahih.
"Pertanyaannya kalau piramida dikubur dalam Gunung Padang apakah pernah ada di Nusantara orang mengubur piramida di dalam gunung?" ungkap Dr Lutfi Yondri kepada BBC News Indonesia.
"Kapan terjadinya orang mengubur piramida di dalam gunung?"
"Berapa banyak material yang dibutuhkan untuk menimbun gunung? Itu bisa dijawab tidak?"
Dia pun mempertanyakan sampel yang digunakan untuk penelitian tersebut.
Di dunia arkeologi, kata dia, "sampel budaya" harus memiliki beberapa syarat: harus berada di satu matrik atau struktur yang sama, harus satu keletakan, satu asosiasi atau kumpulan, dan harus punya konteks.
Kemudian merujuk pada hasil penelitian yang telah dilakukan para ahli.
Untuk konteks, dia menilai Indonesia tidak mempunyai kaitan budaya membuat piramida.
"Pernahkah Indonesia punya budaya piramida? Jangan diada-adain, yang ada di Nusantara punya punden berundak," tegasnya.
Punden berundak adalah susunan batu berbentuk meja yang digunakan untuk upacara pemujaan kepada leluhur.
Dan punden berundak Gunung Padang difungsikan untuk ritual tersebut, sambungnya.
"Jadi semua sampel itu harus diverifikasi, tidak bisa hanya prediksi atau persepsi. Persepsi pun harus didasarkan pada data-data sinkronik dan diakronik serta melihat lagi dalam lintasan budayanya."
Prancis maju ke Piala Dunia 2022 Qatar dengan predikat juara bertahan. Awas Tim Ayam Jantan, ada kutukan yang selalu menghantui juara bertahan!
Prancis sukses jadi juara Piala Dunia 2018 Russia setelah kalahkan Kroasia 4-2. Itu jadi gelar Piala Dunia kedua, sebelumnya di tahun 1998.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Opta, Timnas Prancis harus hati-hati. Sebab ada semacam kutukan buat juara bertahan Piala Dunia pada empat edisi sebelumnya!
Brasil yang juara di Piala Dunia 2002, angkat koper di babak perempatfinal Piala Dunia 2006. Italia juara tahun 2006, kandas di fase grup empat tahun setelahnya.
Spanyol yang juara di Piala Dunia 2010 juga angkat koper di fase grup pada Piala Dunia 2014. Terakhir Jerman yang juara di Piala Dunia 2014, juga senasib di tahun 2018.
Prancis di Piala Dunia 2022 berada di Grup D bersama Australia, Denmark, dan Tunisia. Di atas kertas, Denmark dinilai akan jadi lawan yang berat.
Skuad utama Timnas Prancis pun lumayan cukup berubah dibanding pada edisi sebelumnya. Dua mesin di lini tengah yakni Pogba dan Kante absen karena cedera.
Meski begitu, ada tenaga tambahan yakni Karim Benzema di lini serang. Anak-anak muda seperti Tchouameni dan Camavinga juga layak dinanti aksinya. Pelatih timnasnya juga masih sama, Didier Deschamps.
Para arkeolog telah memastikan piramida di Indonesia, yaitu Gunung Padang, merupakan piramida tertua di dunia. Piramida ini adalah megalit sedalam 98 kaki yang tenggelam di dalam bukit batu lava.
Melansir laman Daily Mail, Rabu (8/11/2023), Gunung Padang, pertama kali ditemukan kembali oleh penjelajah Belanda pada 1890, sebenarnya mungkin juga merupakan bangunan buatan manusia tertua yang pernah diketahui, setidaknya menurut penanggalan radiokarbon terbaru dari situs kuno tersebut.
Pengujian tersebut menempatkan konstruksi awal piramida, dengan ratusan anak tangga yang dipahat dari lava andesit, berasal dari lebih dari 16 ribu tahun yang lalu, pada Ice Age terakhir. Itu berarti Gunung Padang kemungkinan berusia lebih dari 10 ribu tahun lebih tua dari semua monumen besar dan piramida Giza di Mesir. Bukan hanya itu bahkan lebih tua dari Stonehenge yang legendaris di Inggris.
Sebagaimana bukti baru-baru ini bahwa Sphynx Mesir dibangun dengan memanfaatkan erosi angin secara cerdas, para pemburu-pengumpul yang membangun Gunung Padang membuat keunggulan arsitektural dengan bekerja sesuai, bukan melawan kondisi lokal mereka. Lapisan pertama dan terdalam piramida Indonesia, menurut temuan para peneliti, diukir dari kekayaan alam aliran lava dingin yang ada di situs tersebut.
Gunung Padang bahkan mungkin terbukti ribuan tahun lebih tua dari 'megalit' Göbekli Tepe yang ditemukan di Turki, yang merupakan pelopor terakhir dalam 'megalit tertua di dunia'. Para ilmuwan mengatakan struktur tersebut menjanjikan untuk membalikkan anggapan konvensional mengenai betapa 'primitifnya' masyarakat pemburu-pengumpul sebenarnya - sehingga mengungkap kemampuan rekayasa peradaban kuno yang sebenarnya.
Para ahli juga telah menghabiskan lebih dari satu abad memperdebatkan, apakah struktur bawah tanah yang dikenal sebagai Gunung Padang (yang berarti 'gunung pencerahan' dalam bahasa lokal-RED) benar-benar merupakan piramida buatan manusia, dan bukan hanya formasi geologi alami.
Konstruksi Rumit nan Canggih
Antara 2011 dan 2015, ahli geologi Danny Hilman Natawidjaja dari Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia memimpin tim arkeolog, ahli geofisika, dan ahli geologi untuk benar-benar mengungkap misteri kuno ini. Dengan menggunakan radar penembus tanah untuk mengambil gambar bawah permukaan, pengeboran inti, dan teknik penggalian 'parit', Natawidjaja dan rekan penelitinya mampu menyelidiki lapisan pertama Gunung Padang, yang terbentang sepanjang sembilan lantai atau sekitar 98 kaki, atau 30 meter, di bawah permukaannya.
"Studi ini dengan kuat menunjukkan, Gunung Padang bukanlah sebuah bukit alami," tulis para arkeolog bulan lalu, di jurnal Archaeological Prospection, setelah bertahun-tahun menganalisis data dari perjalanan masa lalu, 'tetapi sebuah konstruksi mirip piramida.'
Di inti piramida, tim menemukan apa yang mereka gambarkan sebagai struktur batu lava yang 'dipahat dengan cermat' dan 'masif' yang terbuat dari andesit, sejenis batuan beku berbutir halus. "Ruangan paling dalam ini, yang dijuluki Unit 4, kemungkinan berasal dari bukit lava alami," tulis mereka. Tentu ini sebelum dipahat dan kemudian diselimuti secara arsitektural selama periode glasial terakhir, antara 16 ribu hingga 27 ribu tahun yang lalu.
Para ilmuwan menggambarkan, sekitar 11.500 tahun terakhir keberadaan manusia dan terus bertambah, sebagai 'periode interglasial' antara Ice Age yang dikenal sebagai Holosen. Teknik penanggalan radiokarbon, yang digunakan oleh Natawidjaja dan kelompoknya untuk menentukan usia Unit 4, bergantung pada isotop radioaktif atom karbon yang umum ditemukan di seluruh dunia untuk mengukur usia kehidupan 'berbasis karbon' yang sudah tua dan terawetkan.
Karena tingkat peluruhan radioaktif isotop karbon-14 ini, para ilmuwan dapat secara akurat mengukur usia bahan organik mati hingga 60 ribu tahun yang lalu. Untuk memastikan bahwa penanggalan radiokarbon mereka akurat, tim Natawidjaja bersusah payah memilih sampel tanah organik yang tepat dari inti bor dan dinding parit, sampel yang tidak tercemar oleh akar segar dari vegetasi modern.
Para peneliti sekarang meyakini, Gunung Padang dibangun selama ribuan tahun, dalam 'tahapan yang rumit dan canggih'. Setelah Unit 4 selama Ice Age, Gunung Padang 'ditinggalkan oleh pembangun pertama selama ribuan tahun,' menurut studi baru tim tersebut.
Sekitar tahun 7.900–6.100 SM, fase berikutnya, Unit 3, tampaknya 'sengaja dikubur dengan timbunan tanah yang cukup besar'. Lapisan pilar batu, tangga dan teras berikutnya, Unit 1, dibuat antara tahun 6.000 dan 5.500 SM, dengan lapisan terakhir, Unit 1, yang lebih muda dari beberapa piramida Mesir, telah selesai dibangun antara tahun 2.000 dan 1.100 SM.
Beribu-ribu tahun kemudian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengakui semua kerja keras kuno ini, dan menyatakan Gunung Padang sebagai situs warisan budaya lokal pada 1998. "Pembangun Unit 3 dan Unit 2 di Gunung Padang pasti mempunyai kemampuan tukang batu yang luar biasa, yang tidak sejalan dengan budaya tradisional pemburu-pengumpul," menurut Natawidjaja dan rekan-rekannya.
Gunung Padang dibangun selama ribuan tahun, dalam 'tahapan yang rumit dan canggih'.